Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Satu Minggu Menggunakan Linux Manjaro, Ini Pengalaman Saya!

Minggu lalu, saya rela begadang demi mencoba mempelajari, mendownload dan melakukan instalasi Linux Manjaro yang direkomendasikan salah satu pembaca WinPoin yang follow saya di Twitter. Mungkin bagi yang belum tahu, sebelumnya saya adalah pengguna Elementary OS dan sudah sering saya bahas masalah tersebut di Blog ini, namun dengan berpindahnya saya dari Linux berbasiskan Debian ke Linux yang berbasiskan Arch, ternyata itu adalah perubahan yang bisa dibilang cukup besar dan bisa dibilang saya sangat suka. 

Nah terkait hal tersebut, saya akan sedikit membahas mengenai pengalaman saya selama satu minggu ini menggunakan Manjaro 20.2 Nibia. 

Instalasi

Mulai dari instalasi, pada dasarnya proses ini sama saja, terlebih bisa dibilang karena Manjaro OS yang User Friendly meskipun hadir dengan berbasiskan Arch yang memang pada dasarnya pengguna harus menginstall semuanya dari awal, Manjaro tentu berbeda dan saya tidak sedikitpun mendapati masalah ketika proses instalasinya. 

Terlebih dalam halaman Wiki Manjaro sendiri, semuanya sudah dijelaskan dengan baik, singkat dan jelas, sehingga bahkan kamu yang baru memulai pindah dari Windows ke Manjaro pun tidak akan mengalami kesulitan, selama kamu membaca apa yang diperlukan. 

Apakah saya dualboot?
 
Ya, saya masih dualboot dan untuk sekarang saya tidak bisa meninggalkan ekosistem Windows sepenuhnya, karena beberapa aplikasi yang cukup sulit untuk saya gantikan, seperti Affinity Photos, dan beberapa aplikasi lainnya yang memang tidak tersedia di Linux, untuk instalasi dari Linux Manjaro sendiri, saya menimpa dan menggantikan Elementary OS Hera yang sebelumnya saya gunakan, mulai dari Partisi Root yang berukuran 120 Gb, 8 Gb Swap, dan 550 Mb untuk partisi Boot/EFI, semuanya aman, sehingga setelah instalasi selesai, baik Manjaro dan Windows 10, keduanya bisa diakses dengan lancar tanpa hambatan. 

Desktop Environment Yang Saya Gunakan

Untuk Desktop Environment sendiri saya lebih memilih GNOME dan saya sudah membahas kenapa saya memilih DE ini untuk Manjaro. 
 

Singkatnya, saya suka dengan GNOME karena kesederhanaannya, terlebih saya adalah pecinta Pantheon, dan GNOME jika diperhatikan sedikit Mirip sehingga saya betah berlama lama bekerja di Desktop Environment ini. 

Driver dan Kompatibilitas Perangkat

Saya disini masih menggunakan Asus K401UQK dengan spesifikasi Intel Core i5 7200U, RAM 20 GB, SSD 250 GB (Windows 10), 120 GB (Manjaro) 100 Gb Data, Intel HD 630 dan Nvidia Geforce 940MX, dari segi hardware, tidak ada masalah sedikitpun, dan cenderung semuanya sudah langsung dapat digunakan, termasuk driver Nvidia yang biasanya hadir sebagai Optional di Elementary OS, di Manjaro semuanya sudah Preinstalled. 

Setelah instalasi selesai, saya cukup update saja Manjaro dengan perintah sudo pacman -Syu, dan semuanya langsung terupdate dan semuanya langsung dapat berjalan dengan sempurna. Untuk menambah kompatibilitas dan menambah masa hidup SSD yang saya gunakan, saya mengaktifkan TRIM dengan menggunakan perintah berikut.
 
sudo systemctl enable fstrim.timer

Selanjutnya karena Manjaro yang saya install adalah Minimal Instalations, ada beberapa aplikasi yang dihilangkan termasuk Libinput-gesture, sehingga saya harus melakukan instalasi dan konfigurasi secara manual, namun tentu itu bukanlah sebuah masalah mengingat hampir sebagian besar pertanyaan dikepala saya sudah terjawab dan semuanya dapat dicari di Google saja. 
 
Selain itu, sisanya Work fine dan ready to use, dan meskipun harus ada konfigurasi singkat, sekali lagi itu bukanlah sebuah masalah, mengingat sebagian besar sudah pernah ditanyakan di Forum Manjaro, atau sudah tersedia di Wiki Manjaro.  

Perintah Dasar

Jika dulu saya harus menggunakan perintah sudo apt-get update && sudo apt-get upgrade untuk upgrade package dan apps di Elementary OS, maka di Manjaro 20.2 Nibia, saya cukup memasukkan perintah sudo pacman -Syu, dan selesai deh, simple dan singkat. 
 

Informasi Kernel dan App 

Secara default Manjaro 20.1.2 yang sebelumnya saya install dari file Torrent ini hadir dengan kernel 5.8, namun karena saya team pengguna LTS, saya ubah ke kernel 5.4 LTS, untuk mengubah kernel sendiri tidak sulit loh, cukup menggunakan Manjaro Settings yang tersedia, dan tinggal install darisana saja. 
 

Berbeda jika di Elementary OS dulu, saya harus melakukannya secara manual via terminal, dan belum lagi jika ada kesalahan, bisa bisa system gagal boot dan bahkan error. 

AUR (Arch User Repository)
 
Nah ini yang saya sangat suka, jika dulu saya bergantung pada Snap dan Flatpak jika aplikasi tidak tersedia untuk Elementary OS, kini karena Manjaro berbasiskan Arch, maka dengan itu kita bisa menginstall sebuah paket AUR yang berisi berbagai aplikasi menarik dengan cepat tanpa adanya masalah. 
 

Dan salah satu yang saya suka dari AUR ini, ukuran aplikasi cenderung tidak besar seperti apa yang Snap dan Flatpak sediakan, contohnya saja Slack, saya dulu selalu install Slack via Snapd, dan ukuran downloadnya berlipat ganda. Intinya sih Snap dan Flatpak itu cukup bloated untuk kamu yang ingin menghemat storage system Linux kamu.

Pengalaman Penggunaan

Untuk saya yang bukanlah seorang programmer dan cenderung kebanyakan bermain di VirtualBox dan Office Online, Manjaro cukup nyaman digunakan, sampai saat ini perangkat ini sangat stabil, tidak pernah ada sekalipun masalah yang saya gunakan, bahkan setelah melakukan instalasi berbagai extensi di GNOME Shell, semuanya tanpa ada masalah. 
 


Dan selain itu nih, dari total aplikasi yang saya install Manjaro, jika dibandingkan dulu ketika saya menggunakan Elementary OS dengan aplikasi yang sama namun saya install via Snapd, kini rasanya saya bisa menghemat lebih dari 15 Gb Storage, dan jumlah 15 Gb tentu saja adalah ukuran yang cukup besar.

Apakah saya membutuhkan Snapd atau Flatpak kembali?
 
Sampai sekarang, setelah seminggu berlalu saya rasa Snapd dan Flatpak tidak saya butuhkan, karena pada dasarnya semuanya sudah terpenuhi dengan aplikasi dari Official Repository dan AUR, dan seandainya tidak ada dari keduanya, saya akan usahakan untuk tidak menggunakan Snapd dan Flatpak kembali karena keduanya cukup bloated dan memenuhi storage yang saya gunakan. 

Bagaimana beban perangkat keras?
 
Dalam penggunaan harian saya, dari total 20 Gb RAM yang digunakan untuk mengerjakan dan membuka beberapa aplikasi simple terlebih browser, slack, to do dan beberapa aplikasi produktifitas lain, hanya kurang lebih 4 Gb saja yang terpakai. 
 
Bahkan untuk proses CPU sendiri tidak terlalu berat, berbeda halnya jika di Windows 10, yang mana bisa dibilang cukup berat dengan banyak proses system yang berjalannya. 

Stabilitas System
 
Sekali lagi saya tampaknya harus membahas hal ini, Manjaro 20.2 yang saya install bisa dibilang super stable, tidak ada masalah yang saya rasakan, terlebih disini saya tidak banyak melakukan konfigurasi yang aneh aneh seperti mengubah tampilan dasar dan hal lain yang biasanya saya lakukan di Elementary OS. 

Pada dasarnya, system linux ini stabil, selama pengguna paham dua hal, paham apa yang mereka install dan gunakan, serta paham apa yang mereka lakukan dengan system mereka. Tentu system akan tidak stabil, jika user secara tidak sengaja menghapus folder dan file /usr misalnya. :v
 
Apakah Manjaro saya rekomendasikan?
 
Jawabannya adalah iya, jika kamu ingin mencoba pengalaman Linux yang lebih OK dengan dukungan banyak aplikasi, maka Manjaro adalah salah satu distro Linux yang wajib kamu lirik, selain itu tampilan dan instalasinya sendiri tidak akan memusingkan pengguna, dan yah kata saya, linux ini 'Easy to use', dan hampir mirip seperti dengan kebanyakan Distro Linux lainnya. 
 
Bahkan saya yang pengguna Elementary OS pun yang basisnya dari Ubuntu dan Debian, saya bisa migrasi dengan mudah tanpa ada masalah, dan its fine, gak ada hal yang saya khawatirkan, mengingat dokumentasi OS ini cukup lengkap dan saya cukup membaca dan mempelajarinya saja.  

Kesimpulan

Manjaro, ibaratnya OS ini adalah salah satu system operasi yang mencoba memperkenalkan Arch pada pengguna umum dan khalayak luas, dimana Arch mungkin memang ditujukan untuk pada Geek dan para Advanced yang suka dengan membangun OS mereka sendiri, dan Manjaro, kita tinggal install dan kita tinggal gunakan saja. 

Saya sendiri suka sekali dengan Manjaro ini, terlepas dari fakta bahwa saya baru menggunakan OS ini selama satu minggu kebelakang, tentu ada beberapa konfigurasi dan keyboard shortcut yang saya sesuaikan dengan kebiasaan saya, sebut saja instalasi Clipboard Indicator yang diaktifkan dengan tombol kombinasi Win+V untuk menggantikan Clipboard History di Windows, tombol kombinasi Win + Shift + S yang saya atur untuk mengambil area screenshot dan menyimpannya di Clipboard, dan beberapa hal lain yang tentunya bertujuan untuk memudahkan hidup saya di OS ini. 

Nah itulah sedikit ulasan singkat saya yang hanya pengguna baru di Linux Manjaro ini, mohon maaf jika ada kesalahan, typo dan lainnya, karena sekali lagi, saya juga masih belajar untuk memahami linux yang sangat cantik ini. 

Sekian, dan terima kasih.
Gylang Satria
Gylang Satria Penulis, Blogger dan Author di WinPoin .

Post a Comment for "Satu Minggu Menggunakan Linux Manjaro, Ini Pengalaman Saya!"